Online Games
Kunci Agar Anak Aman Main Game Online, Hindari Game Berisiko
Anak Main Game Online? Waspadai 7 Jenis Game Berisiko Ini, Wajib Dampingi!
“Bermain game” di tahun 2025 sudah sangat berbeda dari zaman kita dulu. Bukan lagi sekadar petualangan solo di depan konsol, game kini telah berevolusi menjadi sebuah dunia sosial yang masif, terhubung, dan selalu online. Bagi anak-anak dan remaja, game online bukan hanya hiburan; ini adalah cara mereka bersosialisasi, berkompetisi, dan berekspresi. Namun, di balik semua keseruannya, dunia ini juga dipenuhi dengan berbagai potensi risiko yang seringkali tidak disadari oleh para orang tua. Lantas, bagaimana cara aman main game online bagi anak kita?
Munculnya berbagai insiden negatif di platform seperti Roblox seringkali memicu reaksi ekstrem seperti seruan pelarangan. Namun, seperti yang ditegaskan oleh para pengamat, melarang bukanlah solusi yang efektif. Kunci sesungguhnya agar anak bisa aman main game online terletak pada pendampingan dan edukasi dari orang tua. Langkah pertamanya adalah dengan memahami “medan pertempuran”-nya. Tidak semua game online sama. Ada jenis-jenis game tertentu yang secara inheren memiliki tingkat risiko lebih tinggi dan membutuhkan pengawasan ekstra.
Mengapa Pengawasan Orang Tua Menjadi Sangat Krusial?
Di dunia nyata, kita tidak akan pernah membiarkan anak kita berbicara dengan semua orang asing di jalanan tanpa pengawasan. Prinsip yang sama berlaku di dunia digital. Game online adalah sebuah ruang publik virtual yang diisi oleh jutaan orang anonim dari berbagai usia dan latar belakang. Potensi untuk bertemu dengan predator online, perundungan (cyberbullying), penipuan (scam), hingga paparan konten yang tidak sesuai usia sangatlah besar. Tugas kita sebagai orang tua adalah menjadi “pemandu” yang bijaksana di dunia yang kompleks ini.
7 Jenis Game Online yang Butuh Pendampingan Ekstra
Berikut adalah tujuh genre atau tipe game online yang memiliki karakteristik berisiko dan wajib didampingi oleh orang tua.
1. Game Open-World dengan Interaksi Sosial Masif (Contoh: Roblox, Minecraft)
- Mengapa Berisiko? Game seperti Roblox atau server publik Minecraft adalah “metaverse” mini di mana jutaan pemain berinteraksi secara bebas. Sifatnya yang sangat terbuka (open-world) dan berbasis konten buatan pengguna (user-generated content) membuat moderasi menjadi sangat sulit. Di sinilah risiko terbesar untuk bertemu orang asing dengan niat buruk, perundungan, atau menemukan “game” buatan pengguna yang tidak pantas sangat tinggi.
- Cara Mendampingi: Aktifkan parental controls secara maksimal untuk membatasi fitur obrolan dan jenis game yang bisa diakses. Ajak anak untuk bermain hanya dengan teman-teman yang sudah ia kenal di dunia nyata.
2. Game MOBA dan Kompetitif dengan Fitur Voice Chat (Contoh: Mobile Legends, Valorant)
- Mengapa Berisiko? Game kompetitif seperti ini memiliki tingkat emosi yang sangat tinggi. Fitur obrolan suara (voice chat) yang tidak termoderasi seringkali menjadi sarang perilaku toxic, umpatan, makian, dan bahkan pelecehan verbal. Anak-anak bisa menjadi korban atau bahkan ikut-ikutan menjadi pelaku.
- Cara Mendampingi: Jika memungkinkan, matikan fitur voice chat dengan pemain yang tidak dikenal (randoms). Ajarkan anak untuk menggunakan fitur mute (bisukan) pada pemain yang berkata kasar dan jangan pernah terpancing emosi.
3. Game Battle Royale (Contoh: Free Fire, PUBG Mobile)
- Mengapa Berisiko? Meskipun sangat populer, genre ini secara inheren mengandung unsur kekerasan senjata api yang mungkin tidak sesuai untuk anak di bawah umur. Selain itu, sama seperti game kompetitif lainnya, fitur obrolan bisa menjadi tempat perilaku toxic.
- Cara Mendampingi: Perhatikan rating usia dari game tersebut. Diskusikan dengan anak perbedaan antara kekerasan di dalam game dengan di dunia nyata.
4. Game Berbasis ‘Gacha’ atau Loot Box
- Mengapa Berisiko? Ini adalah risiko finansial. Game gacha menggunakan mekanisme yang mirip dengan perjudian. Pemain didorong untuk menghabiskan uang nyata untuk mendapatkan kesempatan (chance) memperoleh karakter atau item langka. Mekanisme ini sangat adiktif dan bisa membuat anak menghabiskan uang dalam jumlah besar tanpa sadar.
- Cara Mendampingi: Jangan pernah menautkan kartu kredit Anda ke akun game anak. Terapkan aturan yang sangat ketat mengenai in-game purchase dan jelaskan pada anak bahwa “membeli kesempatan” itu sangat berisiko.
5. MMORPG (Massively Multiplayer Online Role-Playing Games)
- Mengapa Berisiko? Game MMORPG dirancang untuk membuat pemainnya “tenggelam” dalam dunia virtual selama ratusan jam. Sifatnya yang sangat adiktif dan menuntut komitmen waktu yang besar bisa sangat mengganggu waktu belajar dan kewajiban anak di dunia nyata. Interaksi di dalamnya juga sangat bebas.
- Cara Mendampingi: Terapkan batasan waktu bermain (screen time) yang tegas dan konsisten.
6. Game Kasino atau Taruhan Sosial
- Mengapa Berisiko? Banyak game yang terlihat seperti game kartu biasa atau poker, namun sebenarnya adalah simulasi perjudian. Meskipun mungkin tidak menggunakan uang nyata, game-game ini “menormalkan” perilaku berjudi di mata anak-anak dan bisa menjadi pintu gerbang ke perjudian sungguhan di kemudian hari.
- Cara Mendampingi: Jauhi dan larang secara tegas. Jelaskan kepada anak mengapa perjudian, bahkan dalam bentuk simulasi, adalah aktivitas yang berbahaya.
7. Game dengan Konten Horor atau Dewasa
- Mengapa Berisiko? Game horor atau game dengan rating “M” (Mature) seringkali mengandung gambar-gambar sadis, bahasa kasar, atau tema dewasa yang bisa sangat mengganggu dan traumatis bagi psikologis anak.
- Cara Mendampingi: Selalu periksa rating usia resmi dari sebuah game (seperti ESRB atau PEGI) sebelum mengizinkan anak memainkannya.
Debat mengenai pelarangan versus edukasi ini sangatlah relevan. Seperti yang pernah dibahas mengenai wacana game Roblox dilarang, para ahli setuju bahwa melarang platformnya tidak akan efektif. Kunci perlindungan yang sesungguhnya adalah literasi digital.
Untuk mendapatkan panduan lebih lanjut dari sumber yang kredibel mengenai keamanan anak di dunia online, organisasi seperti Common Sense Media menyediakan ulasan dan rating usia yang sangat detail untuk ribuan game, yang bisa menjadi pegangan bagi orang tua.
Aman Main Game Online: Jadilah ‘Co-pilot’ bagi Petualangan Digital Anak Anda
Pada akhirnya, melarang anak bermain game online di era sekarang hampir mustahil dan justru bisa kontraproduktif. Peran kita sebagai orang tua telah bergeser dari menjadi “penjaga gerbang” menjadi seorang “co-pilot”. Tugas kita adalah duduk di samping mereka, mendampingi petualangan digital mereka, dan membantu mereka mengarahkan kemudi saat bertemu dengan “badai” atau “jalan buntu”. Dengan memahami jenis-jenis game yang berisiko dan proaktif dalam berkomunikasi, kita bisa memastikan bahwa anak bisa aman main game online dan mendapatkan semua manfaat positifnya, sambil meminimalkan semua potensi bahayanya.