VIRAL
Simon Tahamata: Sang Legenda Belanda Resmi Jadi Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia

Kalau kamu penggemar sepak bola nasional dan belum tahu nama Simon Tahamata, saatnya kamu kenalan lebih dekat. Soalnya, baru-baru ini PSSI bikin gebrakan serius dengan mengumumkan penunjukan Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia.
Langkah ini bukan main-main, karena Tahamata bukan sosok sembarangan. Dia mantan pemain Timnas Belanda, alumni klub top Eropa kayak Ajax Amsterdam, Standard Liège, dan Feyenoord, dan punya rekam jejak panjang sebagai pelatih teknik pemain muda. Sekarang, dia bakal punya peran sentral dalam membangun masa depan Garuda Muda—dari sisi scouting, terutama untuk menjaring pemain diaspora.
Profil Singkat: Simon Melkianus Tahamata
Lahir di Vught, Belanda, 26 Mei 1956, Simon Tahamata punya darah Maluku dari sang ayah, Lambert Tahamata. Masa kecilnya diwarnai dengan pengalaman sebagai bagian dari komunitas keturunan Indonesia di Eropa yang sering kali tersisih, tapi ia bangkit lewat sepak bola.
Karier profesionalnya dimulai di Ajax (1976–1980), lalu lanjut ke Standard Liège (Belgia), Feyenoord, hingga pensiun di Beerschot. Di level internasional, ia mencatat 22 caps bersama Timnas Belanda. Gaya mainnya lincah, penuh teknik, dan dikenal punya skill dribble luar biasa. Bahkan banyak fans lama Ajax yang bilang, “Tahamata itu Maradona-nya Belanda era 80-an.”
Dari Lapangan ke Ruang Scouting
Setelah pensiun, Tahamata gak langsung duduk santai. Ia banting setir jadi pelatih teknik, dan cukup lama berkiprah di akademi Ajax. Di sana, ia bukan hanya ngajarin teknik, tapi juga mindset pemain muda—gimana caranya berpikir kreatif di lapangan, menjaga disiplin, dan tetap rendah hati.
Nah, pengalaman inilah yang bikin PSSI yakin bahwa dia cocok banget buat jadi Head of Scouting alias Kepala Pemandu Bakat. PSSI sekarang punya visi jangka panjang: gak cuma andelin talenta lokal, tapi juga pengen tarik pemain keturunan Indonesia di Eropa yang selama ini belum tergarap maksimal.
Kenapa Ini Gebrakan Besar?
Selama ini, isu soal pemain diaspora selalu muncul. Banyak talenta berdarah Indonesia yang main di klub-klub Eropa, tapi proses pemantauannya kurang serius. Belum lagi soal birokrasi dan naturalisasi yang kadang bikin ribet.
Dengan hadirnya Simon Tahamata, PSSI pengen semua ini lebih terstruktur. Gak cuma soal cari pemain, tapi juga bangun sistem scouting berbasis data dan relasi personal. Apalagi Tahamata punya koneksi kuat di Belanda, Belgia, dan sekitarnya—area yang selama ini jadi “sarang emas” pemain diaspora.
Kolaborasi Epik Bareng Kluivert dan Tim Pelatih Eropa
Salah satu alasan penunjukan Simon Tahamata makin bikin heboh adalah karena dia bakal kerja bareng Patrick Kluivert, pelatih kepala Timnas yang juga eks legenda Barcelona dan Ajax. Plus, ada juga Denny Landzaat dan Alex Pastoor sebagai bagian dari staf pelatih. Jadi bisa dibilang, skuad manajemen Timnas sekarang benar-benar bernuansa Belanda rasa Indonesia.
Kolaborasi ini menjanjikan satu hal: scouting dan pengembangan pemain bukan lagi sekadar wacana. Dengan pengalaman mereka, bukan gak mungkin kita bakal lihat generasi Garuda baru yang dilatih dengan standar Eropa—tapi tetap mengakar pada karakter permainan Indonesia.
Tugas dan Tanggung Jawab: Gak Main-main
Sebagai Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia, tugas utama Simon Tahamata bukan sekadar cari pemain jago di Instagram atau highlight YouTube. Dia akan memimpin sistem pencarian pemain yang terstruktur, berbasis data, observasi langsung, serta komunikasi aktif dengan pelatih-pelatih lokal dan diaspora.
Fokusnya ada di tiga jalur:
- Scout pemain muda di Liga 1 & Liga 2
- Jaring pemain diaspora usia muda dan profesional
- Membangun talent pool jangka panjang untuk semua kelompok umur
Dan karena PSSI juga nargetin prestasi lebih di level regional dan internasional, peran Tahamata jadi sangat strategis dalam membentuk tim nasional yang kompetitif dan sustainable.
Tantangan Nyata: Dari Proses Naturalisasi sampai Adaptasi Budaya
Meskipun kedengarannya keren, pekerjaan ini tentu gak mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah proses naturalisasi pemain diaspora. Banyak di antara mereka yang masih belum punya dokumen lengkap, atau gak cukup termotivasi buat main di Timnas.
Tapi dengan pengalaman dan pendekatan personal Tahamata, harapannya proses ini bisa lebih humanis dan cepat. Dia bukan cuma pemandu bakat, tapi juga mentor yang bisa bangun koneksi emosional dan identitas kebangsaan buat para pemain diaspora.
Selain itu, soal adaptasi budaya dan gaya main juga jadi PR. Pemain dari sistem Eropa pasti butuh waktu buat menyesuaikan diri dengan intensitas kompetisi di Asia. Tapi dengan sistem pelatihan yang lebih integratif, semua itu bisa dijembatani.
Harapan Baru buat Sepak Bola Nasional
Buat fans Timnas Indonesia, kabar ini tentu jadi angin segar. Setelah puluhan tahun mengandalkan skema pembinaan yang bolong-bolong, sekarang kita mulai lihat titik terang. Simon Tahamata bukan cuma simbol, tapi sosok yang punya pengalaman dan integritas untuk bikin perubahan nyata.
Penunjukan ini juga sejalan dengan reformasi besar-besaran yang sedang dilakukan PSSI. Gak cuma soal pelatih dan pemain, tapi juga tentang mindset dan profesionalisme organisasi.
Perubahan positif seperti ini terasa semakin lengkap kalau kita melihat bagaimana kesuksesan juga diraih di level klub. Contohnya adalah Persib Bandung, yang berhasil jadi juara Liga 1 dua musim berturut-turut. Dominasi mereka bukan cuma soal taktik di lapangan, tapi juga keberanian dalam mengelola klub secara profesional.
Kalau kamu tertarik baca cerita lengkap soal kesuksesan klub itu, kamu bisa cek artikel ini:
➡️ Persib Bandung Back to Back Juara Liga 1: Dominasi yang Makin Menggila