OLAHRAGA
Branko Ivankovic Dipecat, Mimpi Cina ke Piala Dunia 2026 Ambyar
Geger! Branko Ivankovic Dipecat, Mimpi Cina ke Piala Dunia Auto Ambyar?
Kabar panas datang dari dunia sepak bola Asia, guys! Federasi Sepak Bola Cina (CFA) akhirnya mengambil langkah tegas dengan mendepak pelatih asal Kroasia dari kursi kepelatihan. Yup, Branko Ivankovic dipecat setelah serangkaian hasil yang jauh dari kata memuaskan di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Keputusan ini jelas jadi pukulan telak bagi Timnas Cina dan para pendukungnya yang udah berharap banyak pada sentuhan tangan dingin sang pelatih veteran. Gimana nggak, target lolos ke babak berikutnya yang udah di depan mata malah jadi berantakan.
Keputusan pemecatan ini sebenarnya nggak terlalu mengejutkan kalau kita melihat performa Timnas Cina belakangan ini. Puncaknya adalah saat mereka gagal memastikan tiket ke putaran ketiga kualifikasi, kalah bersaing dengan Korea Selatan dan Thailand. Padahal, ekspektasi publik begitu tinggi saat Ivankovic ditunjuk pada Februari 2024 lalu. Pengalamannya yang malang melintang di sepak bola Asia, terutama saat sukses bersama Timnas Oman, dianggap jadi jaminan. Tapi nyatanya, taktik dan strateginya nggak berjalan mulus. Artikel ini akan mengupas tuntas drama pemecatan ini, mulai dari kronologi singkatnya, alasan utama di balik keputusan CFA, sampai efek domino yang ditimbulkan bagi sepak bola Negeri Tirai Bambu. Siap? Let’s break it down!
Kronologi Singkat: Perjalanan Roller Coaster Ivankovic di Timnas Cina
Kalau ngomongin perjalanan Branko Ivankovic di Timnas Cina, rasanya kayak naik roller coaster yang ujung-ujungnya malah bikin pusing. Ditunjuk pada 24 Februari 2024 untuk menggantikan Aleksandar Jankovic, Ivankovic datang dengan CV yang mentereng dan harapan setinggi langit dari 1,4 miliar penduduk Cina. Misinya cuma satu: membawa Timnas Cina lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Sebuah tugas yang berat, tapi bukan berarti mustahil. Awalnya, ada sedikit optimisme yang berhembus. Ia diharapkan bisa menyuntikkan mentalitas pemenang dan strategi yang lebih efektif ke dalam skuad yang sering dianggap underperform.
Debutnya dimulai dengan dua laga krusial melawan Singapura pada Maret 2024. Laga pertama berakhir imbang 2-2, sebuah hasil yang sedikit mengecewakan karena Cina sempat unggul 2-0. Tapi di laga kedua, mereka berhasil bangkit dan menang telak 4-1 di kandang. Kemenangan ini sempat membangkitkan kembali asa. Namun, ujian sesungguhnya datang pada bulan Juni. Menjamu Thailand di Shenyang, Cina hanya butuh satu kemenangan lagi untuk mengunci tiket ke putaran ketiga. Sayangnya, mereka hanya mampu bermain imbang 1-1. Sebuah hasil yang terasa seperti kekalahan, apalagi mereka gagal mengeksekusi penalti di laga tersebut. Perjalanan sebelum Branko Ivankovic dipecat ini benar-benar penuh drama dan tekanan, menunjukkan betapa beratnya beban yang ia pikul sejak hari pertama. Laga terakhir melawan Korea Selatan pun menjadi penentu segalanya, di mana mereka akhirnya kalah tipis 0-1, memastikan mimpi buruk itu jadi kenyataan.
Biang Kerok Utama: Kenapa Sih Sebenarnya Branko Ivankovic Dipecat?
Nah, ini dia pertanyaan utamanya: kenapa Branko Ivankovic dipecat? Jawabannya sebenarnya cukup kompleks, bukan cuma karena satu kekalahan saja. Ini adalah akumulasi dari berbagai faktor yang membuat CFA kehilangan kesabaran. Faktor pertama dan paling jelas adalah kegagalan mencapai target utama, yaitu lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Bagi negara sebesar Cina dengan ambisi sepak bola yang luar biasa, kegagalan di tahap ini adalah aib yang tidak bisa ditoleransi. Apalagi, mereka kalah bersaing dari Thailand hanya karena rekor head-to-head, setelah punya poin dan selisih gol yang sama persis. Nyesek banget, kan?
Kedua, ada kritik tajam terhadap keputusan taktis dan pemilihan pemain. Banyak pengamat dan fans menilai Ivankovic terlalu konservatif dan kurang berani dalam mengambil risiko. Salah satu yang paling disorot adalah keputusannya dalam laga penentuan melawan Thailand. Saat itu, ia tidak menurunkan bek berpostur tinggi, Zhu Chenjie, yang justru bisa menjadi solusi bola mati. Keputusannya untuk mengganti starter dan formasi di laga-laga krusial juga dianggap sebagai blunder yang membuat permainan tim tidak stabil. Menurut laporan dari media olahraga internasional seperti ESPN, konsistensi taktik adalah masalah utama yang menghantui tim di bawah asuhannya. Ivankovic seolah belum menemukan formula terbaiknya bahkan hingga laga terakhir, yang mana ini adalah dosa besar bagi seorang pelatih di level tim nasional.
Faktor ketiga adalah tekanan publik dan media yang luar biasa. Sepak bola di Cina bukan sekadar olahraga, tapi juga soal gengsi nasional. Ketika timnas gagal, kritik pedas langsung menghujani dari segala arah. Media lokal ramai-ramai menyalahkan strategi Ivankovic, dan sentimen negatif di media sosial pun tak terbendung. CFA, sebagai federasi, tentu tidak bisa menutup mata dari gelombang kekecewaan masif ini. Pada akhirnya, mendepak sang pelatih menjadi satu-satunya jalan untuk meredam amarah publik dan menunjukkan bahwa mereka serius ingin berbenah. Kombinasi dari target yang meleset, taktik yang dipertanyakan, dan tekanan publik yang masif inilah yang menjadi resep sempurna di balik pemecatan sang juru taktik asal Kroasia.
Efek Domino: Apa Kabar Kualifikasi dan Masa Depan Timnas Cina?
Pemecatan seorang pelatih di tengah jalan selalu meninggalkan efek domino, dan kasus Ivankovic ini nggak terkecuali. Dampak paling langsung dan menyakitkan tentu saja adalah nasib Timnas Cina di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dengan kegagalan ini, mereka resmi tersingkir dan harus mengubur mimpi untuk tampil di turnamen akbar tersebut. Ini berarti mereka juga otomatis kehilangan tiket ke Piala Asia 2027, karena kualifikasi ini terintegrasi. Sebuah pukulan ganda yang sangat telak. Situasi ini menambah daftar panjang kekacauan dalam perjalanan sebuah tim di kualifikasi, mirip dengan adanya beberapa laga yang ditunda di zona lain yang pastinya ikut memengaruhi persiapan dan ritme kompetisi.
Secara jangka panjang, pemecatan ini kembali membawa sepak bola Cina ke titik nol. Mereka lagi-lagi harus mencari nahkoda baru, membangun ulang strategi, dan mencoba membangkitkan kembali moral para pemain yang pastinya sedang hancur lebur. Ini bukan pertama kalinya Cina gonta-ganti pelatih asing dengan bayaran mahal namun berakhir dengan kegagalan. Siklus ini terus berulang dan menimbulkan pertanyaan besar tentang arah pengembangan sepak bola mereka. Apakah masalahnya hanya ada di pelatih, atau ada problem sistemik yang lebih dalam di tubuh federasi dan kompetisi lokalnya? Ketidakpastian ini membuat masa depan Timnas Cina terlihat suram. Mereka butuh revolusi, bukan cuma solusi instan dengan ganti pelatih.
Tantangan terbesar bagi CFA sekarang adalah menemukan sosok pengganti yang tepat. Apakah mereka akan kembali berjudi dengan pelatih asing ternama lainnya, atau mulai melirik potensi pelatih lokal? Siapapun penggantinya nanti, ia akan mewarisi sebuah tim yang sedang terluka parah dan krisis kepercayaan diri. Butuh waktu, kesabaran, dan visi yang jelas untuk bisa mengangkat kembali performa Tim Naga. Kejadian ini harus menjadi pelajaran super mahal bagi mereka, bahwa membangun tim sepak bola yang kuat itu proses maraton, bukan lari sprint.
Siapa Selanjutnya? Spekulasi Pengganti Setelah Branko Ivankovic Lengser
Setelah kursi panas pelatih Timnas Cina resmi kosong, bursa spekulasi mengenai siapa pengganti berikutnya langsung ramai dibicarakan. Siapa yang bakal cukup berani mengambil alih tim yang sedang compang-camping ini? Ada beberapa nama yang mulai muncul ke permukaan, baik dari kalangan pelatih asing maupun lokal. Dari internal, nama pelatih tim U-19 Cina, Dejan Durdevic, disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat untuk menjadi pelatih interim atau bahkan permanen. Menunjuk pelatih dari jenjang umur bisa menjadi sinyal bahwa CFA ingin fokus pada pembangunan jangka panjang dan regenerasi pemain.
Namun, tradisi CFA yang gemar menggunakan pelatih asing berpengalaman sepertinya belum akan luntur. Beberapa nama pelatih top yang sedang menganggur mungkin akan masuk dalam radar mereka. Nama-nama seperti Vahid Halilhodzic, yang punya rekam jejak bagus membawa tim-tim kuda hitam lolos Piala Dunia, atau bahkan pelatih lain yang sudah familiar dengan sepak bola Asia bisa menjadi opsi. Tantangannya adalah meyakinkan mereka untuk mau mengambil proyek berisiko tinggi ini. Belajar dari kegagalan pelatih-pelatih sebelumnya, termasuk setelah Branko Ivankovic lengser, kandidat baru pasti akan berpikir dua kali dan meminta jaminan serta kontrol penuh atas tim.
Pada akhirnya, keputusan ini akan menjadi cerminan dari visi CFA ke depan. Apakah mereka masih terjebak dalam mentalitas instan dengan merekrut nama besar, atau mereka akhirnya sadar dan mau membangun fondasi dari bawah dengan sabar? Para fans tentu berharap adanya perubahan fundamental. Mereka lelah dengan drama pemecatan dan janji-janji kosong. Yang mereka inginkan adalah sebuah tim yang bermain dengan hati, punya identitas yang jelas, dan bisa bersaing secara konsisten di level Asia. Perjalanan mencari pengganti Ivankovic ini akan menjadi episode krusial yang menentukan arah sepak bola Cina untuk beberapa tahun mendatang.
Harapan di Balik Kekecawaan
Pada akhirnya, keputusan bahwa Branko Ivankovic dipecat menjadi penutup dari sebuah babak pendek yang penuh kekecewaan bagi sepak bola Cina. Harapan yang sempat membumbung tinggi saat penunjukannya kini berubah menjadi pil pahit kegagalan. Kegagalan lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan hanya soal hasil di lapangan, tetapi juga menjadi simbol dari masalah yang lebih besar dalam sistem sepak bola mereka. Kini, Tim Naga kembali berada di persimpangan jalan, harus menentukan langkah berikutnya dengan sangat hati-hati. Apakah mereka akan mampu bangkit dari keterpurukan ini dan belajar dari kesalahan masa lalu? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.